Oleh: Fakhruddin Halim
Pemred Suarapos.com
Tiga belas tahun menjadi wartawan tak bisa dibilang waktu yang singkat. Beragam pengalaman telah didapat, termasuk berbagai ilmu jurnalistik dirasa cukup memadai didapat.
Dua hari ikut Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Tingkat Madya meruntuhkan kebanggaan Ahmadi (35) sebagai wartawan berpengalaman.
“Saya merasa menjadi orang yang bodoh dua hari ikut UKW ini,” kata Wartawan Antara, Perwakilan Bangka Tengah tersebut, Kamis (30/03/2017), pagi.
Makanya, Madi pun bersungguh-sungguh ikut UKW dengan mengerahkan segenap kemampuan agar dapat lulus. Bahkan di hari pertama, Madi tak sempat memberi tahu istri kalau ikut UKW dan harus pulang malam.
“Beruntung istri saya sudah terbiasa jika saya telat pulang atau tidak pulang berhari-hari,” katanya, tersenyum.
Ikut UKW, kata Madi, itu artinya upaya untuk menghargai profesi wartawan agar profesional dan memiliki wawasan yang memadai. Sebab, untuk menjadi wartawan profesional tidak cukup hanya berbekal pengalaman dan kemauan saja. Namun, harus menguasai ilmu jurnalistik itu sendiri.
Jika lulus UKW, orang pertama yang akan ditelepon adalah narasumber yang dihubungi dalam mata uji membangun jejaring.
“Siapa yang mengangkat telepon dalam jejaring nanti, dialah yang akan saya beritahu pertama. Saya ingin membagi kebahagiaan,” katanya.
Lain Madi, lain pula Romlan, Pemred www.kabarbangka.com. Untuk ikut UKW dia rela harus merogoh kocek hampir Rp1.000.000 untuk menyewa kamar hotel selama dua malam.
Maklum, Romlan tinggal di Sungailiat, sedangkan UKW dilaksanakan di Hotel Bumi Asih Pangkalpinang. “Ini wujud kesungguhan saya, hal ini agar bisa fokus sehingga tidak terlambat,” paparnya, disela ikut UKW Kamis pagi.
Memang benar, kedisiplinan dan ketepatan adalah salah satu kunci agar bisa lulus UKW.
“Toleransi terlambat hanya lima belas menit, jika lewat dinyatakan gugur,” kata Marah Sakti Siregar, penguji UKW Tingkat Madya dari PWI Pusat.
Berbagai upaya yang dilakukan termasuk pengorbanan para peserta UKW menunjukkan betapa keinginan agar bisa meraih predikat sebagai wartawan profesional.
“Kita tidak ingin menjadi wartawan abal-abal. Sulitnya UKW tidak menyurutkan langkah, sebab menjadi wartawan profesional adalah dambaan saya,” tutup Romlam. (*)