Catatan Tubagus Adhi
(Wartawan Senior)
-Queen, Dikutip dari “Lagu Dinihari”-nya Tatan Daniel–
MENERIMA dua buah buku. “Granada, Menangislah…” dan “Pada Suatu Hari yang Panjang”.
Buku pertama, pernik perjalanan lima benua dari Asro Kamal Rokan, wartawan senior, yang cukup lama di olahraga, Wapemred di Harian Merdeka, Pemimpin Redaksi Republika, Pemimpin Umum Antara, dan terakhir Pemimpin Redaksi Jurnal Nasional.
Sampai kini masih aktif di komunitas wartawan, sebagai anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat, dan pendiri sekaligus Presiden Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami).
Buku kedua, kumpulan puisi dari Tatan Daniel, salah satu pemenang dari sayembara Hari Puisi Indonesia (HPI) 2021, yang konsisten diselenggarakan sejak 2013.
Saya sudah cukup lama berkarib dengan Asro Kamal Rokan, bahkan sering berhimpun di kawasan Senayan semasih meliput di olahraga, pada tahun-tahun awal keberadaannya di Jakarta, menjelang akhir 1980-an.
Tetapi dengan Tatan Daniel, belum sekali pun bersua. Kami menjalin komunikasi dan merajut kebersamaan di fesbuk. Alhamdulillah. Namun, saya yakin, ia benar-benar baik. Saya tersanjung dengan apa yang disampaikannya di lembar pertama bukunya, “Penanda jejak persahabatan untuk saudara baik saya, Tubagus Adhi”.
Membaca, menjadi hiburan terbaik saya sekarang ini. Baru beberapa hari lalu saya menyelesaikan membaca “Pena di Atas Langit 2”, kumpulan catatan ringan Tofan Mahdi, ‘adik kelas’ di “Jawa Pos” –walau pencapaiannya di sini jauh lebih mentereng, sebagai wapemred. Tofan Mahdi sejak 2009 menjadi Kepala Komunikasi PT Astra Agro Lestari Tbk & GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia).
Saya masih ‘mengebut’ membaca “Dialektika Esai Koran; Pembicaraan Puisi Arief Joko Wicaksono TR, dengan bonus Kisah Sejumlah Karya Umbu Landu Paranggi”.
Arief Joko Wicaksono ‘pengepul’ yang luar biasa untuk karya seni dari lintas generasi. Kami sudah berteman sejak sama-sama di SMA, meski berbeda kota. Kami dipersatukan di Majalah Remaja HAI.
Saya terkaget-kaget saat Arief, beberapa bulan lalu, menuliskan di akun fesbuknya beberapa puisi saya di HAI, tahun 1977, yang terangkum dalam kumpulan puisi anak-anak SMA, termasuk Johan Budi SP, yang hampir tiga dekade kemudian menjadi jubir KPK dan kini anggota DPR RI, di Komisi III yang antaranya membidangi hukum.
Asro Kamal Rokan, Tatan Daniel, Tofan Mahdi, dan Arief Joko Wicaksono TR, masih konsisten berkaya; menulis, menulis dan menulis. Demikian besarnya kekaguman dan kebanggaan saya pada mereka–dan jujur saja, iri hati dalam nuansa positif.
Tak terkecuali juga untuk keberhasilan Tatan Daniel dalam berdamai dengan dirinya sendiri sehingga mampu menerbitkan buku kumpulan puisi perdananya ini, setelah puluhan tahun menyemai kata-kata.
Diberi kata pengantar oleh penyair senior Hendrawan Nadesul, buku “Pada Suatu Hari yang Panjang” ini terpilih
menjadi Lima Buku Pilihan Hari Puisi Indonesia (HPI) yang diumumkan di Taman Ismail Marzuki (TIM), medio November lalu. Dewan juri yang diketuai Maman S Mahayana, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, juga memilih empat buku lain, yakni “Poe” dari Adri Darmadji Woko, “Ibu, Kota, Kenangan” karya Dedi S Tarhedi, “Suara Suara dari Alifuru” karya Rudi Fovid, dan “Lepas Muasal” dari Seiska Handayani.
Buku utama/terbaik dari HPI 2021 ini dianugerahkan kepada Wayan Jengki melalui “Jumantara”.
Saya niatkan untuk segera melahap “Granada Menangislah”. Saya tekadkan untuk secepatnya memadu perasaan dengan “Pada Suatu Hari yang Panjang”.
Karena saya tetap sebatas pembaca yang baik, bukan pengeritisi yang mumpuni, maka hanya rasa syukur yang saya haturkan kepada semua sahabat, saudara, yang telah berbaik hati menghadiahkan curahan jiwanya.
Saya berharap suatu saat nanti bisa merangkai catatan perjalanan, meramu antologi puisi, seperti mereka.
Hati saya senantiasa terguncang jika membaca kalimat-kalimat yang menyentuh, seperti yang demikian subtilnya ditulis Tatan Daniel.
Sama menyentuhnya jika mendengar “Love of my life” di tengah malam, di dinihari, sebagaimana dikutipkan Tatan Daniel pada “Lagu Dinihari”.
“Love of my life, you’ve hurt me
You’ve broken my heart
And now you leave me…..”
–Selasa, saat reda hujan siang–