Kerisauan Om Amung

Kerisauan Om Amung

BERBAGI

Catatan Emron Pangkapi

OM AMUNG: Di tahun baru 1 Januari 2022 saya mengunjungi Bapak Amung Chandra tokoh masyarakat Babel, salah satu tokoh perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dalam dua tahun terakhir beliau terbaring lemah, karena rapuh usia. Tahun ini beliau
menginjak usia 94 tahun. Terbaring di kediamannya kawasan Bukit Baru, Pangkal Pinang. Saya memang tergolong akrab dengan Bapak Amung Chandra. Sejak dulu saya memanggilnya Om. Apalagi putra putrinya semuanya berhubungan baik dengan keluarga kami.

Idul Fitri 3 tahun yang lalu, Om Amung sekeluarga mengunjungi kami di kediaman kami Bekasi. Bersama anak cucunya beliau membawa berbagai jenis makanan. Sebagian makanannya dibawa dari Bangka naik pesawat.

Dulu sewaktu saya masih di Babel, di hari Natal/Tahun baru dan Imlek/Khongian juga memiliki agenda tetap, mengunjungi teman teman non-muslim. Saya selalu memilih nomor urut satu ke rumah Om Amung.

Saling mengunjung di hari besar keagamaan ini menjadi tradisi khas orang Babel. Dan inilah sebagai pembeda Bangka Belitung dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Bila muslim hari raya/lebaran, sebagian besar tamu yang datang kawan non-muslim. Sebaliknya non-muslim merayakan hari raya mereka, orang melayu pada berdatangan. Akrab.

Baca Juga  Pecut Sakti Jenghis Khan

Rasanya hanya ada di Bangka Imlek/Natal/Tahun baru ada ketupat-lepat. Bahkan ada meja hidangan khusus untuk orang Islam. Tradisi itu mempereratkan ikatan masyakat Bebel yang multi etnis. Babel bersih dari isue SARA.

Mengunjungi Om Amung kemarin saya tersentak. Ketika om Amung sangat jelas menyatakan kepada saya: “Emron, jaga provinsi kita, jaga masyarakat kita. Jaga nilai-nilai kebersamaan Babel kita”.

Om Amung terbaring lemah. Tapi suaranya tegas bahkan cenderung keras, daya ingat dan pendengaran sangat baik. Saya kaget.
Semula saya tidak ingin membebaninya dengan pikiran berat-berat. Tapi Om Amung berbicara terus menyatakan kerisauannya. Terjadi pergeseran nilai-nilai. Lemahnya kebersamaan. Rendahnya akhlaq dan moral.
Serta berbagai kesenjangan antar masyarakat.

Hampir satu jam saya duduk di samping tempat tidur Om Amung. Sampai tak sempat makan kue.

Baca Juga  Pastikan Tertib Prokes, Gubernur Sambangi Sejumlah Gereja di Pangkalpinang

Begitulah Amung Chandra. Tokoh warga keturunan. Bersikap kritis, tapi dia merah-putih yang sebenarnya. Lugas. Tegas. NKRI bukan untuk diselogankan. Tapi praktek dalam semua sisi kehidupan.

Dalam usia yang relatif muda Om Amung Chandra sudah berjuang bersama seluruh komponen masyarakat Bangka. Tekanan Politik Orde Lama membuat Anung muda ikut dunia politik. Sedikit orang keturunan yang terjun ke dunia politik. Amung muda adalah yang sedikit itu. Pada awal Orde Baru Amung Chandra sudah menjadi pimpinan partai di Bangka. Dia pernah menjadi Anggota DPRD-GR.

Tahun 1970 menjelang pemilu pertama Orde Baru Amung Chandra dan kawan kawan mengagetkan Indonesia. Mereka membentuk presedium perjuangan pembentukan Provinsi Babel mau lepas dari Sumatera Selatan. Amung adalah salah satu dari tujuh Anggota Presedium yang legendaris.

Bolak-balik Bangka Belitung-Jakarta menjadikannya lebih dominan ketimbang anggota presedium yang lain. Dia selalu berada di garis depan pada setiap even politik Babel. Gagasan mereka dipatahkan Ali Murtopo, penasehat Pak Harto zaman itu.

Baca Juga  Matahari, Minang, Sumbar dan Kegembiraaan

Ketika era reformasi hadir di penghujung Orde Baru, perjuangan pembentukan provinsi bergelora kembali yang dimotori generasi ketiga seusia putra putrinya Om Amung.
Amung Chandra dan Haji Romawi Latif tampil sebagai tokoh yang dituakan. Beliau “dwi-tunggal” sebagai sumber inspirasi, motivator dan pemersatu semua komponen yang terserak.

Atas perannya itu, pemerintah daerah memberikan berbagai penghargaan dan penghormatan sebagai tokoh pejuang tiga generasi. Lembaga Adat Melayu Babel juga memberikan penghormatan adat tertinggi: gelar Datuo’ Seri. Di hari-hari besar Dato Seri Amung Chandra mengenakan baju kebesaran Melayu.

Hari ini setelah 21 tahun provinsi terbentuk, Om Amung menyatakan kerisauannya terjadinya pergeseran nilai-nilai kebersamaan orang Babel, mengentalnya isue sektarian dan adanya berbagai kesenjangan antar masyarakat dalam berbagai sektor.

Om Amung memang pantas memberikan penilaian seperti itu. Karena beliau memahami betul Bangka Belitung yang dicita-citakan. Beliau ikut melahirkannya. Beliau berkeringat dalam setiap palagan. (*)

LEAVE A REPLY